Kamis, 25 Maret 2010

Quo Vadis Parsahutaon


Ide saya menulis ini muncul saat saya dalam perjalanan ke kantor. Di perumahan saya tinggal, orang-orang Batak yang tinggal juga di situ berusaha selalu berkumpul untuk tetap melanjutkan kebersamaan dalam sebuah kumpulan yang dinamakan Parsahutaon Dos Roha. Ada yang menarik dari kumpulan dimana saya juga sebagai anggota adalah komposisi keanggotaannya sangat heterogen dari segi umur, asal muasal dan tingkat ekonomi. Tetapi kami semua berusaha menjalankan peran, tugas dan fungsi kami baik sebagai anggota maupun pengurus.

Kami semua juga sangat menghormati adat-istiadat Batak walaupun hanya sekedar menggunakan panggilan "lae", "ito", "abang/akkang", "kakak/haha", bere dsb. Terkadang timbul pertanyaan dalam diri saya, sampai kapan hal ini bisa bertahan? Masih kah anak cucu saya merasakan kehangatan seperti saat  saya merasakan sekarang ini? Kalau mau sedikit melihat ke sekeliling lagi, tidak sedikit juga,bahkan yang sudah tua, tidak mau bergabung dengan kumpulan ini. Padahal kami semua sangat membutuhkan mereka, karena merekalah yang lebih berpengalaman. Sehingga mereka dapat membimbing, mengajari dan mengarahkan kami terutama buat saya sendiri yang merupakan pasangan keluarga muda. 

Persoalan lagi adalah saat ini banyak juga pasangan muda (batak) yang tidak mau bergabung juga karena mereka sibuk dengan segala kesibukannya juga. Ke Kantor, Bisnis, Usaha dll mengambat langkah kaki mereka untuk sekedar beranjangsana dengan keluarga batak lainnya. 

Alangkah ironis sebenarnya. Kalau saja semua keluarga batak memahami makna dan keuntungan di balik kegiatan Parsahutaon, tentunya makin banyaklah mereka yang mendaftar dan kemudian aktif melayani satu dengan lainnya.  Saling kunjung, membesuk dan memberikan dorongan serta motivasi kepada pihak yang sedang mengalami pergumulan berat adalah contoh kegiatan dalam parsahutaon. Kalau kegiatan yang menyenangkan tidak usah di persoalkan karena pastilah itu membuat semua pihak akan datang. Tetapi kalau kemalangan?....

Kami, dijepit oleh 2 situasi yang menjadi realita. Bagaimana meresponnya? Mau idealis atau tetap mengikuti arus?   Quo Vadis Parsahutaon....





Tidak ada komentar:

Posting Komentar