Minggu, 19 September 2010

Rest In Peace-1 (Kartini Dameria br. Pangaribuan, N. Nathalia)


Disaat semua Warga Negara RI sedang mempersiapkan masa-masa liburan Idul Fitri, kami semua Pomparan Op. Pamontang Laut sedang bersiap-siap untuk menghadapi kondisi terburuk dari salah seorang anggota kami yakni Namboru kami Kartini Dameria, SE

Saat itu, tanggal 8 September 2010 saya berangkat ke kantor dengan hati yang memang kurang menyenangkan. Selain, hari itu adalah hari terakhir kerja (sebab besoknya adalah cuti bersama Lebaran), saya juga harus menjemput ito (boru ni Bapauda yang kebetulan sudah kuliah di UI) di Terminal Pasar Minggu jam 1 siang.

Akhirnya, tepat waktu aku jemput itoku itu dan sepanjang perjalanan aku ditelepon keluarga bahwa Namboru Kartini sudah masuk RS Cipto lagi dan posisinya sudah di UGD. Keluarga juga meminta aku untuk mencarikan klinik untuk perawatan karena ternyata di RSUPN Cipto, Namboru Kartini sudah disarankan untuk pulang. Rencananya di Klinik tersebut, Namboru Kartini hanya perawatan yang layak saja karena semua dokter di RSUPN Cipto sudah  "angkat tangan" untuk merawat sakitnya. Pengobatannya juga simptomatik dan tidak spesifik, sebab memang kondisinya sudah parah sekali.

Kami keluarga akhirnya memutuskan untuk memindahkan Namboru ini ke RSPAU Esnawan Antariksa Halim. Setelah berupaya semaksimal mungkin, dan dengan sedikit "kebohongan", akhirnya Namboru ini diperkenankan untuk dirawat di RSPAU. Dengan bantuan oksigen (karena kepayahan bernafas akibat di paru-parunya ada air) dan infus untuk memasukkan cairan. Dari tangannya juga sudah merembes air, jadi seolah tangannya seperti spon/busa. Sehingga aku perkirakan juga bahwa cairan infus tersebut sebenarnya tidaklah bekerja sebagimana mestinya. Tapi begitulah.... "show must go on"

Hari demi hari, kami lalui. Sebenarnya aku sendiri sudah berfirasat bahwa tidak lama lagi Namboru ini akan bersama dengan kami. Hal ini dilihat dari kondisi terakhirnya yang memang cukup parah. Tapi semua usaha akan dilakukan dengan standar "TERBAIK" 


Tepat hari Kamis tanggal 11 September 2010, aku dan istri berangkat untuk membesuk Namboru ini. Dari awal kami pergi sebenarnya sudah banyak kejadian yang menghalangi kami. Memang tujuan semula kami membesuk adalah untuk berdoa buat kesembuhan Namboru ini. Halangan dimulai saat anak kami agak sulit makan hari itu, setelah dibujuk, barulah dia mau makan. Setelah itu disepanjang perjalanan, ketika di dekat pintu masuk Komplek Halim, tali kopling Vespaku (Jambrong) tiba-tiba kendor. Aku sudah panik. Sebab, bengkel vespa dan bengkel mpotor di daerah situ banyak yang tutup. Tapi akhirnya kami menemukan satu bengkel motor (milik marga Marbun) walaupun ternyata kahirnya aku juga yang kerjakan. Sebab tukang bengkel tersebut tidak bisa nengerjakan Vespa. Hufff...menjengkelkan.

Setelah tiba di rumah sakit, kami menghadapi halangan kedua yaitu ternyata sudah ada kesepakatan Keluarga Pomparan Op. Pamontang Laut  akan mengadakan Perjamuan Kudus tanda penyerahan keluarga terhadap kesembuhan Namboru kepada Tuhan. Dan sekaligus meng-amin-kan jawaban Tuhan. Walaupun sudah ada kesepakatan, dimana Bapakku bersedia mengusahakan Pendeta untuk melayani, ternyata setelah diusahakan...sampai jam 12 siang, Bapak belum dapat Pendeta yang bersedia melayani. Di HKBP memang ketat peraturannya, jadi diupayakan dari gereja lain yang bersedia. Akhirnya aku menawarkan bantuan, agar Bp. Pdt Eko P. S, S.Th (dari gereja POUK BDP). Akhirnya singkat cerita, keuarga menyetujui agar Pak Eko yang melayani. Masalah yang timbul adalah bahwa kami tidak punya kendaraan untuk menjemput (Walaupun Pak Eko bersedia untuk naik motor ke Rumah sakit, namun tidaklah etis hal tersebut dilakukan). Kami mencoba mencari kendaraan yang mana terakhir adalah opsi meminjam kendaraan tetangga (dongan sahuta) Sitanggang. 

Sepanjang kami berada di rumah sakit, kami melakukan kegiatan bernyanyi dan berdoa bersama Namboru ini. Disela-sela kami bernyanyi, dia sesekali mengangkat tangan, berkata-kata "Capek" atau "Cepat pulang", atau aghghgh dll. Tapi saat kami berdoa, kami merasakan kekuatan lain yang di depan menghalangi kami...... Tiba-tiba saja kami tidak tau harus bernyanyi apa karena buku nyanyian yang ada hanya BUKU ENDE. Itupun...tiba-tiba kami sulit mencari lagu yang kami ketahui...dan masih banyak lagi..... Tapi kami tetap berdoa dan kami percaya TUHAN JESUS tolong kami....

Sepulang dari Rumah Sakit...kami meghalangi lagi halangan dimana tiba-tiba Vespaku tidak bisa distater. Hal tersbut terjadi di SPBU di daerah Pagelarang. hampir setengah jam aku coba untuk menghidupkannya. Akhirnya berhasil..... dan kami lanjutkan perjalana pulang sebab saat itu sudah jam 15.20 Wib.

Sesampainya dekat Perum Puri Gading, di jalan yang agak rusak....kembali vespaku ngadat dan susah dihidupkan..... kami panik karan sudah Jam 15.55 menit. Sementara aku berjanji dengan Pak Eko jam 18.00 wib aku akan menjemput dia di Gereja. Setelah beberapa kali kustater tidak mau hidup, aku dan iostri memutuskan untuk pualng dengan kendaraan lain, dan Vespa ditinggal di Indomaret dekat Perum Puri Gading. 

Kami menemui sebuah Taksi merek "KTI", aku datangi dan menanyakan apakah Bapak supirnya sedang menunggu atau istirahat...tapi karean tidak kooperatif akhirnya kutinggalkan dengan harapan mendapat taksi lain atau terpaksa naik ojek ke rumah. Puji Tuhan, sebuah Bluebird lewat dan akhirnya kami bisa pulang...dengan kondisi lusuh dan emosi.....

Kira-kira pukul 16.00, kami sampai di rumah dan aku mencoba untuk beristirahat dengan harapan bisa lebih segar nantinya. Tapi biarpun begitu, aku terpaksa bangun kira-kira pukul 17.00 wib. Sambil aku mempersiapkan segala sesuatunya, telepon dari Bapak datang untuk memebritahu bahwa kami (termasuk) pendeta akan dijemput adikku Advent. Aku langsung pergi ke rumah tetangga yang ku panggil Kakak (Sitanggang/br. Sitorus). sekaligus memberitahu aku tidak jadi pinjam mobil. Tapi sampai jam 17.30 wib adikku belum datang, dan akhirnya kami pulang. Kami masih sempat menunggu sampai jam 17.50 wib, sebelum akhirnya kuputuskan menelpon adikku untuk menyuruhnya langsung saja ke RSPAU sedangkan aku sendiri berangkat ke rumah Abang Sitanggang untuk kembali meminjam mobil. 

Akhirnya aku dapat menjemput Bpk. Pdt. Eko tepat jam 18.15 wib, dan langsung kami menuju rumah sakit melalui jalan arah Mabes Cilangkap. Memang sesampainya di RS, kami agak terlambat, tetapi seluruh keluarga sudah berkumpul.

Acara berjalan dengan baik, dan masih kulihat Namboru dapat mengikuti Perjamuan Kudus dengan makan roti dan minum anggur Perjamuan. Sempat juga di didoakan untuk kesembuhannya. Puji Tuhan, dia terlihat lebih cerah.....auranya lebih baik saat setelah berdoa. Akhirnya semua selesai dan kami kembali pulang. Bpk. Pdt. Eko sendiri diantar oleh adikku ke gereja POUK, sementara aku baru oulang dari RS kurang lebih jam 23.00 Wib. 

Sampai di SPBU di daerah Jl. Sirojol Munir, ada kejadian lagi. Saat aku mengisi bensin, aku bermaksud mengisi bensin seharga 20 Ribu rupiah. Tetapi apa dinyana, si petugas malah mngisi 20 liter. Akhirnya kembali aku tertahan di SPBU, guna mengeluarkan isi bensin yang ada dalam tanki mobil, dimana disepakati bensin yang kubayar adalah seharga 35 ribu rupiah..... 1 jam yang konyol.

Sesampai nya di rumah, aku mandi dan beristirahat.....memang hari yang melelahkan......

Rest in Peace-2 (In Memoriam Kartini Dameria br. Pangaribuan, N. Nathalia)



Tepat tanggal 14 September 2010, sebenarnya adalah hari pertama seluruh kantor masuk kerja. Baik pemerintahan maupun swasta. hari itu pun aku berangkat kerja dengan situasi jalanan yang lengang. Aku sangat menikmati perjalanan. Oh ya...hari itu omprengan tidak ada, aku bersama-sama dengan langganan omprengan, dimana kami berjumlah sekitar 4 orang menaiki taksi dari daerah Komsen Jatiasih.

Sesampainya di kantor, aku langsung ganti baju. Disaat itulah datang telepon dari Namboru Vera (Op. si Medy) bahwa keadaan Namboru sudah gawat. Segera aku langsung telepon Frans (sepupuku) dan kembali ku konfirmasi kondisi Namboru Kartini. Aku tidak lagi memastikan, tetapi langsung kupercaya memang kondisi sudah cukup parah. 

Aku langsung ambil taksi (express) menuju RSPAU. Di jalan perasaanku mengatakan, bahwa aku akan sempat melihatnya menghembuskan nafas terakhirnya. Setiba di RSPAU, langsung aku naik ke ruang Merak, dan langsung menuju ruangan tempat Namboru di rawat. Kulihatlah nafasnya sudah mulai tersengal-sengal walaupun masih kulihat matanya terbuka. Tangisku tak tertahan.....melihat dia kepayahan bernafas..... Aku hubungi suster perawat yang ada untuk mengidentifikasi kondisi Namboru. Memang dia berkata bahwa tinggal menunggu saja.... sambil kami mencoba untuk mengajaknya berdialog, satu persatu keluarga berdatangan. Keluarga Marpaung yang ada dan kulihat saat itu adalah Nathalia, 2 orang berenya Amangboruku, Ank adiknya dan suster. Sementara itu dari kami Pangaribuan ada Namboru Vera, Inangtua Frans, aku dan mulai berdatanganlah Bapak, Frans, Namboru Herlina dll........

Sekitar pukul 10.00, aku bergegas lagi ke meja perawat untuk mengetahui kondisi terkahir Namboru ini.... Kulihat dia makin sulit bernafas, denyut jantungnya tidak lebih dari 60 per 30..... kadang pun alat tidak bisa mendeteksi, karena semakin lemah...... Kami semua berdoa.....sambil menangis karena kami mulai merasakan akan kehilangan anggota keluarga...... Karena keluarga berfikir untuk kemungkinan terburuk, Bapak menyarankan aku untuk segera mencari informasi tentang Rumah Duka Cikini. Tapi aku menyarankan tidak usah, dan kusarankan juga agar memakai Rumah Duka RSPAU saja. Segera aku mengambil inisiatif untuk mencari informasi tentang pemakaian Rumah Duka RSPAU.....

Kurang lebih jam 11.00 wib, aku naik kembali ke atas dan segera kuinformasikan segala sesuatunya. Aku masih bertemu Pak Tumakaka (salah satu Anggota Majelis Gereja POUK BDP) dan Opung Simatupang (Penasehat Parsahutaon Dos Roha) sedang melayat salah seorang anggota TNI (mungkin mantan tetangganya di Halim dahulu) yang meninggal dan disemayamkan di Rumah Duka RSPAU. Sempat juga mereka menawarkan bantuan. Aku juga menelpon Bpk. Pdt Eko dengan harapan mereka bersiap apabila ada sesuatu yang penting terutama dalam  pelayanan di Rumah Duka nantinya. 

Aku masih melihat Namboru itu sedikit demi sedikit mulai tertutup matanya dan Nafasnya mulai satu-satu. Sempat juga kudengar bunyi tulang badan atau rahang gemeretak. Dan terakhir kulihat Namboru menarik nafasnya...dan ternyata itulah nafas terakhirnya..... Aku segera ke meja perawat untuk meminta mereka segera memeriksa.... dan benarlah...Namboru Kartini dinyatakan meninggal tepat pukul 11.15 Wib.

Amangboru marpaung kulihat baru datang.....setelahnya.....dan begitupun keluarga Marpaung yang lain......Segera setelah itupun persiapan dilakukan....
Keluarga Marpaung memutuskan agar Nambporu dimakamkan di Narumonda....

Malam itu adalah Ibadah pelepasan, dan besok paginya Jenazah diberangkatkan.....Aku sendiri tidak ikut....tapi tetap aku berdoa....

Tertulis Firman Tuhan :

"Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai mereka." (Wahyu 14 : 13)


Aku berdoa agar kiranya Tuha Jesus memberi pengampunan buat alm. Namboru Kartini, dan bersama Dia di surga kekal..... Sungguh sebuah Khotbah yang nyata dan berguna bagi kehidupan kita semua.... Amien